Sahabat yang dirahmati Allah, bahwasanya Allah takkan meninggalkan kita jika kita tidak meninggalkan-Nya. Ia selalu ada, dalam tiap langkah kita. Ya, semua yang dikendalikan oleh hati yang terjaga. Dan tak ada seorang pun yang benar-benar kuat, tak ada seorang pun yang benar-benar tangguh. Melainkan kita yang tengah berusaha untuk menjadi seorang yang kuat dan tangguh.
Dengarkanlah Panggilan-Nya
Dengar...
Sekali lagi, coba kaudengarkan...
Allah memanggilmu dengan panggilan sayang-Nya
Dengar...
Sekali lagi, coba kaudengarkan...
Jangan lagi kaunafikan...
Dengar...
Sekali lagi, coba kaudengarkan...
Bukan...
Bukan dengan telinga sebaiknya kaumendengar...
Bukan...
Bukan dengan itu...
Dengar...
Allah memanggilmu melalui hatimu
Dengarlah...
Jangan kaunafikan panggilannya kali ini...
Ya, seperti itulah kaurasakan kasih sayang-Nya
Sambil membayangkan setiap perjalanan hidup yang telah tertempuh selama ini
Ya, seperti itulah sebaiknya kaurasakan kasih sayang-Nya
Sambil duduk mengenang masa-masa dimana kau berusaha untuk bangkit dari jatuhmu
Ya, rasakan kasih sayang-Nya...
Betapa Ia sayang kepadamu lewat ujian-ujian-Nya...
Mungkin, dulu kaurasa berat
Namun, sekarang tidak lagi
Mungkin, dulu kau sering mengeluh
Namun, sekarang tidak lagi
Dan ternyata sampai kini pun seringkali kaurasa berat dan sering mengeluh
Namun, percayalah...
Esok takkan lagi kaurasa begitu
Ya, seperti itu
Tumpahkan...
Curahkan semua...
Usah kausisakan sebentuk rindumu pada-Nya
Usah lagi...
Ya, seperti itu...
Seperti itulah sebaiknya kaurasakan nikmat-Nya...
Tumpahkan...
Curahkan semua...
Usah kausisakan sebentuk rindumu pada-Nya
Lewat butiran-butiran halus dan hangat sebagai pengobat rindumu
Lewat sujud-sujud panjang yang kerap kali kausempatkan untuk bertemu dengan-Nya
Ya, seperti itu...
Seperti itulah sebaiknya kaurasakan nikmat-Nya
Biar di sekelilingmu menjadi saksi
Bahwa dirimu pernah mengaku lemah
Bahwa dirimu berserah dalam payah
Bahwa dirimu, bukanlah apa-apa...
Biar...
Biarkan butiran-butiran halus dan hangat itu memenuhi hatimu dengan harapan-harapan-Nya
Mengobati luka demi luka yang pernah kautorehkan tanpa sadar
Membalut kesalahan demi kesalahan dengan selendang kesucian yang Ia sediakan
Buatlah pernyataan, betapa kau rindu dengan-Nya
Sangat...
Teramat dalam...
Sebab dunia tak sanggup penuhi kebutuhan jiwa
Namun, hanya bersama-Nya-lah kau takkan pernah mengenal lelah
Ya, seperti itu...
Seperti itulah sebaiknya kaurasakan nikmat-Nya
Seperti itulah sebaiknya kaurasakan kasih sayang-Nya
Ya, seperti itu
Kini, lari...
Larilah...
Larilah secepat mungkin... gapai cinta-Nya
Puaskan rindumu membuncah pada-Nya
Larilah kepada-Nya yang mencintaimu
Yang jelas-jelas menyayangimu tanpa memilih rupa
Ia menyayangimu...
Amat sayang...
Jangan lepas lagi...
Ikhwah fillah, bahwasanya Allah tidak menilai seseorang dari rupa, melainkan dari hati... Ya, segumpal daging. Manakala ia baik, maka baiklah seluruh tubuh. Manakala ia buruk, maka buruklah seluruh tubuh. Dan segala sesuatu yang dihasilkan olehnya yang baik, pasti akan baik pula.
Ialah hati..
Biarkan ia tetap berinteraksi dengan Penciptanya, agar Ia memelihara hati tersebut dengan baik.
Seperti halnya yang dialami oleh Rasulullah SAW, ketika itu beliau mengalami kesedihan yang amat sangat. Dua orang yang dicintainya meninggalkan beliau, Abdul Muthalib dan Khadijah. Dua orang yang sangat mensupport Rasulullah dalam dakwah, jalan yang penuh caci, maki dan uji. Ya, tahun terjadinya peristiwa tersebut dinamakan tahun kesedihan, dimana Rasulullah amat meratapi kepergian dua orang terkasihnya yang hampir tak kunjung padam.
Namun, di sinilah Allah menunjukkan kasih sayang-Nya. Allah menghadiahkannya sebuah pensucian jiwa sebagai pengobat luka, dimana Rasulullah dibelah dadanya untuk dicuci hatinya hingga bersih.
Tak hanya sampai di situ, Allah pun menghadiahkannya sebuah perjalanan, yang takkan dapat ditangkap oleh nalar manusia manapun kecuali melalui keyakinan akan kebenaran Allah dan Rasul-Nya. Ya, ketika itu Rasulullah diberangkatkan dari Masjidil Haram (Makkah) menuju Masjidil Aqsha (Palestina), berlanjut naik ke Sidratul Muntaha. Ya, ketika itu Allah tengah menguji orang-orang yang berada di sekeliling Rasulullah, sejauh mana mereka percaya akan kebenaran yang disampaikan. Sunnatullah, Allah sengaja membersihkan kaum muslimin dari kaum munafiqin kala itu. Sebagian mempercayai, sebagian mengingkari. Sebagian kokoh memegang dengan ke-Islamannya, sebagian murtad. Kemudian, terlihat jelas di sana, furqan (pembeda).
Ikhwah fillah, bahwasanya Allah takkan meninggalkan kita jika kita tidak meninggalkan-Nya. Ia selalu ada, dalam tiap langkah kita. Ya, semua yang dikendalikan oleh hati yang terjaga. Dan tak ada seorang pun yang benar-benar kuat, tak ada seorang pun yang benar-benar tangguh. Melainkan kita yang tengah berusaha untuk menjadi seorang yang kuat dan tangguh.
Semoga Allah senantiasa menjaga hati kita untuk tetap terjaga dalam kebenaran, agar setiap sikap berada pada waktu yang tepat dan menjadikan kita sebagai seorang yang tepat. Insya Allah. Wallahu a'lam.
Jangan sampai hati kita mati sebelum jiwa kita mati terlebih dahulu...
Selamat datang bulan suci Ramadhan. Bulan terbaik dari semua bulan. Bulan keagungan yang penuh hikmah, berkah, rahmah dan ampunan. Bulan peperangan berat melawan musuh terberat manusia - hawa nafsu.
Semoga kita semua menjadi pemenang dalam peperangan ini. Diterima segala amal ibadah kita dan dihapuskan segala dosa dan kesalahan. Kembali ke fitrah sebagai manusia khalifah di muka bumi.
Saya memohon dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya atas segala kesalahan dan khilaf, lisan maupun tulisan, disengaja ataupun tidak. Mudah-mudahan kita semua memasuki bulan Ramadhan ini dengan hati bersih, lapang dan ikhlas.
Marhaban ya Ramadhan
Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan 1428 H