Mari KIta Belajar Mencintai

Jika cinta, pada semua jenisnya, adalah kesadaran, adalah perasaan, adalah tindakan, maka cinta pada akhirnya adalah kemampuan yang terintegrasi dalam seluruh aspek kepribadian kita. Kemampuan seseorang untuk mencintai adalah gambaran paling utuh dari seluruh kapasitas kepribadiannya. Hanya orang-orang dengan kepribadian kuat dan kapasitas besar yang mampu mencintai. Orang-orang yang lemah, yang setiap saat bisa kita saksikan di sekitar kita, tidak akan pernah mencintai. Bahkan untuk mencintai diri mereka sekalipun. Takdir mereka adalah menantikan cinta dan kasih sayang orang-orang kuat.
Orang-orang kuat mencintai dengan segenap kesadarannya. Maka mereka terus menerus memproduksi kebajikan demi kebajikan. Sementara orang-orang lemah bahkan tidak memiliki kesadaran untuk mencintai. Maka mereka terus-menerus mengkonsumsi kebajikan orang-orang kuat. Itu sebabnya orang-orang kuat dalam masyarakat selalu merupakan faktor kohesi yang merekatkan masyarakat. Mereka merekatkan masyarakat dengan cinta dan kebajikan mereka.

Makna inilah yang ditebarkan oleh Rasulullah saw begitu beliau tiba di Madinah dan memulai kerja membangun Negara baru itu: “Wahai sekalian manusia, tebarkan salam, berikan makan, bangun sholat malam saat orang-orang tertidur, niscaya kalian akan masuk surga dengan penuh damai.”


Ini merupakan penjelasan bagi keterangan selanjutnya. Bahwa untuk bisa mencintai, bahwa untuk menjadi pecinta sejati, kita harus mengembangkan kapasitas dan kepribadian kita untuk menjadi lebih baik secara berkesinambungan, pelajaran tentang bagaimana menjadi manusia yang produktif untuk bisa memberi, pelajaran tentang bagaimana menjadi orang kuat yang penyayang, pelajaran tentang bagaimana melimpahruahkan kebajikan abadi bagi penumbuhan kehidupan orang-orang di sekitar kita yang kadang berujung tanpa sedikitpun rasa terima kasih, atau bahkan penolakan.


Ini bukan pelajaran tentang teknik atau keterampilan mencintai seperti ketika belajar tentang teknik berkomunikasi dengan orang lain, atau bagaimana merebut hati seseorang untuk suatu hubungan cinta asmara. Bukan. Sama sekali bukan tentang itu.


Ini adalah pelajaran tentang bagaimana membangun kembali dasar-dasar kepribadian yang kokoh dan tangguh, yang memungkinkan kita mencintai secara sadar, bertanggungjawab dan bertindak produktif untuk membuktikan cinta itu dalam kenyatan. Dan dengan begitu, cinta bukan saja berefek pada perbaikan berkesinambungan terhadap hubungan-hubungan kemanusiaan kita, tapi juga terutama pada perbaikan kehidupan kita seluruhnya secara berkesinambungan.


Dan ini mungkin dan terbuka. Semua kita bisa mempelajarinya. Alasannya sangat sederhana.


Rasulullah saw bersabda: “Ilmu diperoleh dengan belajar. Kesabaran diperoleh dengan belajar menjadi sabar. Kesantunan diperoleh dengan belajar menjadi santun.”


Ini menjelasakan bahwa di samping karakter-karakter bawaan yang melekat dalam diri kita sebagai warisan genetic, semua karakter lain bisa kita peroleh dengan mempelajari dan mengimplementasikannya dalam kehidupan kita.


Begitu juga cinta. Begitu juga cinta. Semua kita bisa mencintai. Semua kita mungkin menjadi pecinta sejati. Asal kita mau belajar. Asal kita mau belajar bagaimana mencintai.


Ikhlaskah terhadap rasa bersalah ....?

Aku terdiam membisu dengan segala kemarahanku
Aku membeku tanpa bertindak apapun dihadapan kebenaran
Aku berpaling dari wajah yang selama ini tidak kupahami
Aku menoleh kedalam wajah yang membuat hatiku senang
Tapi apakah benar?
Apa nuraniku sudah mati hingga tidak mendengar isi hatiku sebenarnya?
Apa aku terlalu resah dan takut menghadapi rintangan yang ingin kuhindari.
Apakah aku hanya manusia tanpa pikiran?
Apa hidupku berarti?
Adakah Allah dalam hatiku?

Atau aku telah melupakan-Nya dan bersembunyi dibalik kesedihanku
Tidakkah aku manusia yang menyedihkan?
Aku tak patut dikasihani apalagi disayangi jika hanya ego yang memiliki
hatiku dan ruang pikiranku.

Jika itulah aku.kemana aku harus berlari lagi ?
Jika tempat yang kusinggahi adalah nikmat-Mu yaaa Allah

tulisan ini sebagai bahan renungan saat kita sadar kalau sdh buat salah
tapi tdk tau harus bagaimana?

setiap orang pernah buat salah, tapi begitu sulitkah seseorang untuk
mengakui dan memperbaiki kesalahan itu, jika org yang pernah tersakiti
sudah tidak percaya kita lagi.

jika kita berkata " makanya jgn buat salah n nyakitin orang!!"
tidak adil juga jika kita jawab klo kita khilaf, krn kita tau saat itu
Allah ngasih kita pilihan dan kita sdh memilih, tapi kita lupa setiap
pilihan ada resiko dan itu sdh jadi satu paket kehidupan.

jika kita katakan "makanya think before you act"

bohong juga klo kita bilang maybe i dont think to much, karena setiap
orang selalu dihadapkan dengan masalah. jika kita nanya, apa harus
menyesal?

ya tapi tidak juga, krn kita tau waktu tidak akan kembali, yang kita tau
kita sudah bayar mahal untuk belajar agar diri kita lebih baik dan jika
kita terus menyesal, buat apa kesalahan kemarin?
jika bukan buat diri kita agar bisa bertindak benar esok hari.

tapi sulit untuk nerima dan menjalani "masa" bersalah kita, kadang kita
selalu menengok ke belakang padahal kita tau bahwa kita tak bisa kembali
ke masa lalu, tapi kita tau bisa putar arah dan memperbaiki meski tidak
semuanya.
cuma jalan yang kemarin pernah kita lalui sudah rusak
dan sulit.
ikhlaskah diri kita akan rasa bersalah kita sendiri?

Renungan

Apakah harta yang berlimpah yang kita
cari atau kebahagian/ketenangan hati yang kita dambakan ? Bertanyalah pada
diri masing2, dan jawablah dengan jujur.

Marhaban ya Ramadhan

Sahabat yang dirahmati Allah, bahwasanya Allah takkan meninggalkan kita jika kita tidak meninggalkan-Nya. Ia selalu ada, dalam tiap langkah kita. Ya, semua yang dikendalikan oleh hati yang terjaga. Dan tak ada seorang pun yang benar-benar kuat, tak ada seorang pun yang benar-benar tangguh. Melainkan kita yang tengah berusaha untuk menjadi seorang yang kuat dan tangguh.

Dengarkanlah Panggilan-Nya

Dengar...
Sekali lagi, coba kaudengarkan...
Allah memanggilmu dengan panggilan sayang-Nya
Dengar...
Sekali lagi, coba kaudengarkan...
Jangan lagi kaunafikan...
Dengar...
Sekali lagi, coba kaudengarkan...
Bukan...
Bukan dengan telinga sebaiknya kaumendengar...
Bukan...
Bukan dengan itu...
Dengar...
Allah memanggilmu melalui hatimu
Dengarlah...
Jangan kaunafikan panggilannya kali ini...
Ya, seperti itulah kaurasakan kasih sayang-Nya
Sambil membayangkan setiap perjalanan hidup yang telah tertempuh selama ini
Ya, seperti itulah sebaiknya kaurasakan kasih sayang-Nya
Sambil duduk mengenang masa-masa dimana kau berusaha untuk bangkit dari jatuhmu
Ya, rasakan kasih sayang-Nya...
Betapa Ia sayang kepadamu lewat ujian-ujian-Nya...
Mungkin, dulu kaurasa berat
Namun, sekarang tidak lagi
Mungkin, dulu kau sering mengeluh
Namun, sekarang tidak lagi
Dan ternyata sampai kini pun seringkali kaurasa berat dan sering mengeluh
Namun, percayalah...
Esok takkan lagi kaurasa begitu
Ya, seperti itu
Tumpahkan...
Curahkan semua...
Usah kausisakan sebentuk rindumu pada-Nya
Usah lagi...
Ya, seperti itu...
Seperti itulah sebaiknya kaurasakan nikmat-Nya...
Tumpahkan...
Curahkan semua...
Usah kausisakan sebentuk rindumu pada-Nya
Lewat butiran-butiran halus dan hangat sebagai pengobat rindumu
Lewat sujud-sujud panjang yang kerap kali kausempatkan untuk bertemu dengan-Nya
Ya, seperti itu...
Seperti itulah sebaiknya kaurasakan nikmat-Nya
Biar di sekelilingmu menjadi saksi
Bahwa dirimu pernah mengaku lemah
Bahwa dirimu berserah dalam payah
Bahwa dirimu, bukanlah apa-apa...
Biar...
Biarkan butiran-butiran halus dan hangat itu memenuhi hatimu dengan harapan-harapan-Nya
Mengobati luka demi luka yang pernah kautorehkan tanpa sadar
Membalut kesalahan demi kesalahan dengan selendang kesucian yang Ia sediakan
Buatlah pernyataan, betapa kau rindu dengan-Nya
Sangat...
Teramat dalam...
Sebab dunia tak sanggup penuhi kebutuhan jiwa
Namun, hanya bersama-Nya-lah kau takkan pernah mengenal lelah
Ya, seperti itu...
Seperti itulah sebaiknya kaurasakan nikmat-Nya
Seperti itulah sebaiknya kaurasakan kasih sayang-Nya
Ya, seperti itu
Kini, lari...
Larilah...
Larilah secepat mungkin... gapai cinta-Nya
Puaskan rindumu membuncah pada-Nya
Larilah kepada-Nya yang mencintaimu
Yang jelas-jelas menyayangimu tanpa memilih rupa
Ia menyayangimu...
Amat sayang...
Jangan lepas lagi...


Ikhwah fillah, bahwasanya Allah tidak menilai seseorang dari rupa, melainkan dari hati... Ya, segumpal daging. Manakala ia baik, maka baiklah seluruh tubuh. Manakala ia buruk, maka buruklah seluruh tubuh. Dan segala sesuatu yang dihasilkan olehnya yang baik, pasti akan baik pula.

Ialah hati..

Biarkan ia tetap berinteraksi dengan Penciptanya, agar Ia memelihara hati tersebut dengan baik.

Seperti halnya yang dialami oleh Rasulullah SAW, ketika itu beliau mengalami kesedihan yang amat sangat. Dua orang yang dicintainya meninggalkan beliau, Abdul Muthalib dan Khadijah. Dua orang yang sangat mensupport Rasulullah dalam dakwah, jalan yang penuh caci, maki dan uji. Ya, tahun terjadinya peristiwa tersebut dinamakan tahun kesedihan, dimana Rasulullah amat meratapi kepergian dua orang terkasihnya yang hampir tak kunjung padam.

Namun, di sinilah Allah menunjukkan kasih sayang-Nya. Allah menghadiahkannya sebuah pensucian jiwa sebagai pengobat luka, dimana Rasulullah dibelah dadanya untuk dicuci hatinya hingga bersih.

Tak hanya sampai di situ, Allah pun menghadiahkannya sebuah perjalanan, yang takkan dapat ditangkap oleh nalar manusia manapun kecuali melalui keyakinan akan kebenaran Allah dan Rasul-Nya. Ya, ketika itu Rasulullah diberangkatkan dari Masjidil Haram (Makkah) menuju Masjidil Aqsha (Palestina), berlanjut naik ke Sidratul Muntaha. Ya, ketika itu Allah tengah menguji orang-orang yang berada di sekeliling Rasulullah, sejauh mana mereka percaya akan kebenaran yang disampaikan. Sunnatullah, Allah sengaja membersihkan kaum muslimin dari kaum munafiqin kala itu. Sebagian mempercayai, sebagian mengingkari. Sebagian kokoh memegang dengan ke-Islamannya, sebagian murtad. Kemudian, terlihat jelas di sana, furqan (pembeda).

Ikhwah fillah, bahwasanya Allah takkan meninggalkan kita jika kita tidak meninggalkan-Nya. Ia selalu ada, dalam tiap langkah kita. Ya, semua yang dikendalikan oleh hati yang terjaga. Dan tak ada seorang pun yang benar-benar kuat, tak ada seorang pun yang benar-benar tangguh. Melainkan kita yang tengah berusaha untuk menjadi seorang yang kuat dan tangguh.

Semoga Allah senantiasa menjaga hati kita untuk tetap terjaga dalam kebenaran, agar setiap sikap berada pada waktu yang tepat dan menjadikan kita sebagai seorang yang tepat. Insya Allah. Wallahu a'lam.

Jangan sampai hati kita mati sebelum jiwa kita mati terlebih dahulu...

Selamat datang bulan suci Ramadhan. Bulan terbaik dari semua bulan. Bulan keagungan yang penuh hikmah, berkah, rahmah dan ampunan. Bulan peperangan berat melawan musuh terberat manusia - hawa nafsu.

Semoga kita semua menjadi pemenang dalam peperangan ini. Diterima segala amal ibadah kita dan dihapuskan segala dosa dan kesalahan. Kembali ke fitrah sebagai manusia khalifah di muka bumi.

Saya memohon dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya atas segala kesalahan dan khilaf, lisan maupun tulisan, disengaja ataupun tidak. Mudah-mudahan kita semua memasuki bulan Ramadhan ini dengan hati bersih, lapang dan ikhlas.

Marhaban ya Ramadhan
Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan 1428 H

Empat Keadaan Yang Hanya Dirasakan Oleh Empat Orang

Empat Keadaan Yang Hanya Dirasakan Oleh Empat Orang

"Ada empat keadaan yang hakikatnya hanya bisa diketahui oleh empat golongan yang pernah merasakannya.

Pertama, masa muda tidak terasa nikmatnya kecuali bagi mereka yang sudah tua. Kedua, keselamatan tidak

terasa nikmatnya, kecuali oleh mereka yang terkena musibah. Ketiga, kesehatan tidak dirasakan nikmatnya,

kecuali oleh mereka yang sedang jatuh sakit. Dan keempat, hidup ini tidak terasa nikmatnya kecuali oleh

mereka yang sudah mati." (Hatim Al Asham rahimahullah)